Skrining pendengaran bayi baru lahir adalah langkah penting dalam mendeteksi gangguan pendengaran sejak dini. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa bayi tidak memiliki masalah pendengaran yang bisa mempengaruhi perkembangan bicara, bahasa, dan kognitif mereka di kemudian hari. Ada dua jenis utama skrining pendengaran yang sering dilakukan pada bayi baru lahir, yaitu Otoacoustic Emissions (OAE) dan Auditory Brainstem Response (ABR).
1. Otoacoustic Emissions (OAE)
Skrining OAE dilakukan dengan mengukur respons dari sel-sel rambut kecil yang ada di dalam telinga bagian dalam (koklea). Pemeriksaan ini menggunakan perangkat yang memasukkan suara lembut ke dalam telinga bayi melalui earphone kecil. Jika sel-sel rambut berfungsi dengan baik, mereka akan menghasilkan sinyal suara kecil yang disebut otoacoustic emissions, yang kemudian ditangkap oleh alat deteksi.
Proses ini cepat, tidak menyakitkan, dan biasanya hanya memakan waktu beberapa menit. Jika bayi gagal dalam tes OAE, ini bisa menjadi tanda bahwa ada penyumbatan di telinga bagian luar atau tengah, atau masalah dengan telinga bagian dalam.
2. Auditory Brainstem Response (ABR)
Tes ABR menilai bagaimana otak bayi merespons suara. Dalam pemeriksaan ini, elektroda kecil ditempelkan pada kepala bayi untuk mengukur aktivitas otak saat telinga diberi rangsangan suara. Seperti OAE, ABR juga dilakukan saat bayi sedang tidur atau tenang.
ABR sangat efektif untuk mendeteksi gangguan pendengaran yang lebih parah atau masalah yang melibatkan saraf pendengaran dan jalur menuju otak. Tes ini sering digunakan sebagai langkah kedua jika bayi tidak lolos skrining OAE, atau jika bayi dianggap berisiko tinggi mengalami gangguan pendengaran karena riwayat keluarga atau komplikasi saat lahir.
Mengapa Skrining Penting?
Gangguan pendengaran adalah salah satu kelainan bawaan yang paling umum terjadi pada bayi. Jika tidak dideteksi dan diatasi sejak dini, gangguan ini dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan bicara, bahasa, dan keterampilan sosial bayi. Skrining pendengaran yang dilakukan dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan untuk segera mengambil langkah intervensi, seperti penggunaan alat bantu dengar atau terapi wicara, guna mendukung perkembangan bayi secara optimal.
Kapan Skrining Dilakukan?
Skrining pendengaran biasanya dilakukan dalam 24 hingga 48 jam pertama setelah bayi lahir, terutama jika mereka lahir di rumah sakit. Jika bayi lahir di rumah atau di fasilitas tanpa peralatan skrining, tes pendengaran harus dilakukan dalam tiga minggu pertama kehidupan.